Original Message -----
From: Tetty Agustina
To: TAS
Sent: Monday, June 23, 2008 3:56 PM
Subject: [KincirAngin] Mungkin bermanfaat.. .
KANTUNG EMPEDU - BATU GINJAL
Indikasi awal kanker & tumor biasanya diawali dengan penuhnya
kantung
empedu dengan batu. Semua orang cenderung empedunya berisi
batu, tetapi
pada kondisi tertentu akan jadi penyakit, Artikel paling bawah
ini telah memberi saya jalan keluar, dimana 4 dokter memastikan saya
harus dioperasi.
Karena beberapa minggu lalu, saya terkena hepatitis A dan
hasil USG ternyata empedu saya penuh dengan batu.
Penuhnya Empedu dengan batu tdk akan kita ketahui dlm keadaan
normal, saya baru tahu setelah dokter melakukan USG Hati dan empedu.
Menurut Dokter:
Operasi kantung empedu dgn mengangkat kantung empedu dengan
operasi besar ataupun laparaskopi. Biaya yang akan kita keluarkan
untuk operasi tsb berkisar antara 40-60 juta. (Untuk operasi saja)
Silahkan baca original artikel paling bawah dari Dr Lai Chiu-
Nan, bagaimana mengeluarkan batu empedu tanpa operasi dan biaya
sangat murah dan tidak merusak tubuh kita. Subhanallah saya telah
mengikuti saran beliau dan alhamdulillah batu empedu ku keluar semua
tanpa operasi. (Ini bukan detoxinasi, tapi seperti pembersihan
perut). Hasil USG saya empedu telah penuh dengan batu, setelah
melakukan treatment ini saya meminta USG kembali sebagai bukti.
Ternyata benar...kantung empedu saya kosong... Entah bagaimana saya
menyampaikan ucapan terimakasih ke Dr Lai Chiu-Nan, tapi saya cuma
ingin sharing pengalaman sesuai niat Dr Lai Chiu-Nan membagi
pengalaman kepada saudara2 kita dengan gratis.
Saran:
Bagi yang sehat...cobalah, karena saat kita sakit akut ataupun
kronis gak enak rasanya. Ini adalah salah satu cara menghindari
kanker dan tumor
Fungsi hati dan empedu:
Menetralisir racun di tubuh, Empedu menetralisir lemak yang
kita asup ke dalam tubuh. Keduanya saling berkaitan... kalau
kedua2nya bersih ...berarti kita telah menyehatkan tubuh kita agar
normal fungsi keduanya.
Puji Tuhan
Sehat adalah milik kita semua..
Baik sekali apabila kita sekali-kali membersihkan kandung
empedu kita.
============ ========= ========= ========= ===
MENGHILANGKAN BATU EMPEDU SECARA ALAMIAH
oleh Dr Lai Chiu-Nan
Ini telah berhasil bagi banyak orang. Apabila kejadian anda
demikian juga, ayolah beritahu pada orang lain. Dr Chiu-Nan sendiri
tak memungut biaya untuk informasinya ini, karena itu sebaiknya kita
buat ini gratis juga.
Ganjarannya adalah bila ada orang yang karena informasi yang
anda berikan menjadi sehat.
Batu empedu tak banyak dirisaukan orang, tapi sebenarnya semua
perlu tahu karena kita hampir pasti mengindapnya. Apalagi karena
batu empedu bisa berakhir dengan penyakit kanker. "Kanker sendiri
tidak pernah muncul sebagai penyakit pertama" kata Dr Chiu-Nan.
"Umumnya ada penyakit lain yang mendahuluinya. Dalam
penelitian di Tiongkok saya menemukan bacaan bahwa orang-orang yang
terkena kanker biasanya ada banyak batu dalam tubuhnya.
Dalam kantung empedu hampir semua dari kita mengandung batu
empedu.
Perbedaannya hanya dalam ukuran dan jumlah saja.. Gejala
adanya batu empedu biasanya adalah perasaan penuh di perut ('nek,
busung) sehabis makan. Rasanya kurang tuntas mencernakan makanan.
Dalam kondisi parah ada tambahan rasa nyeri pada ginjal."
Bila anda menduga ada batu pada empedu anda, cobalah cara yang
dianjurkan oleh Dr Chiu Nan untuk menghilangkannya secara alamiah.
Pengobatan ini juga dapat dipakai bila ada keluhan gangguan hati,
karena hati dan kandung empedu saling berkaitan.
Tata-cara pengobatannya adalah sebagai berikut:
1. Selama lima hari berturut-turut minumlah empat (4) gelas
sari buah apel segar setiap hari, atau makanlah empat atau lima buah
apel segar,
tergantung selera anda. Apel berkhasiat melembutkan batu
empedu. Selama
masa ini anda boleh makan seperti biasa.
2. Pada hari ke-enam jangan makan malam. Jam 6 petang,
telanlah satu sendok teh "Epsom salt" (magnesium sulfat, garam
Inggris??) dengan segelas air hangat. Jam 8 malam lakukan hal yang
sama. Magnesium sulfat berkhasiat membuka pembuluh-pembuluh kandung
empedu. Jam 10 malam campurkan setengah cangkir minyak zaitun (atau
minyak wijen) dengan setengah cangkir sari jeruk segar. Aduklah
secukupnya sebelum diminum. Minyaknya melumasi batu2 untuk
melancarkan keluarnyabatu empedu.
Keesokan hari Anda akan menemukan batu-batu berwarna kehijauan
dalam limbah air besar anda. "Batu-batu ini biasanya mengambang,"
menurut Dr Chiu-Nan.
"Cobalah hitung jumlahnya. Ada yang jumlahnya 40, 50 sampai
100 batu.
Banyak sekali. Tanpa gejala apapun Anda mungkin memiliki
ratusan batu yang berhasil dikeluarkan melalui metoda ini, walaupun
mungkin tidak semuanya keluar.
Baik sekali apabila kita sekali-kali membersihkan kandung
empedu kita.
1. Jenis Apel sebenarnya sama, cuma saya seneng yang manis...
Kemaren aku makan Apel RRC yang sering diskon kalau di supermarket
harga diskon per 100 gram 800-1000 (biasaya 1600)
2. Minum/makan apel selama 1 hari 4 (rata2) lima juga boleh.
3. Sebelumnya aku minum Jus asli apel. Cuma butuh waktu untuk
mebuatnya.
Akhirnya selama 5 hari aku makan apel seger dari kulkas,
kulitnya aku buang. Karena apel sekarang banyak yang dikasih lapisan
lilin dan terkontaminasi sama pestisida... jadi aku buang kulitya,
lalu aku potong kecil..dan dimasukkan ke kulkas...jadi saat kita mau
makan, apelnya masih seger dan dingin.
4. Garam Inggris beli di apotik harga Rp2.500 (Tempat obat)
5. Minyak Zaitun kalau kita ke Supermarket namanya Olive Oil,
harga 25-30 ribu satu botol. Di Apotek juga ada, aku beli di sana
karena dekat rumah.
Guna Jeruk agar kita tidak muntah saat minum Minyak Zaitun,
Jadi aduk yang rata...karena sebelumnya adukanku tidak
rata...sehingga eneg, ..lalu aduk lagi biar tercampur dengan
rata..karena minyak dan jeruk tidak bersatu atau Berat Jenisnya
beda...
Pokoknya Puji Tuhan.. 3 Dokter suruh aku Operasi... dengan
treatment ini, keluar batunya.
"Orang yang hanya memikirkan diri sendiri, akan hidup sebagai
orang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Tetapi orang yang mau
memikirkan orang lain, ia akan
menjadi orang besar dan mati sebagai orang besar".
--- End forwarded message ---
COPY DARI EMAIL
Amazing Residence in Indonesia Rumah Murah Tipe 36/72 dan 45/84 Lokasi di Depok dan Bogor Promo KPR tanpa DP cicilan 2 sampai 3 jutaan Free Surat surat dan Biaya KPR. Ada Rumah Oper Kredit cicilan 3 jutaan. Rumah Townhouse dan cluster security 24 jam, Rumah Siap Huni di sawangan, Rumah Nyaman di Pondok Petir Bojongsari Depok. Rumah Tipe 148/348 di bojonggede, Jual Tanah di Serpong dan Parung. Hub irvan 081317943160
Selasa, 21 Oktober 2008
Senin, 13 Oktober 2008
Rabu, 08 Oktober 2008
Obat Kanker
JIKA ANDA MAU BERBAIK HATI TERHADAP SESAMA....TOLONG SEBARKAN
INFORMASI INI...
Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat
memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan
berbagai penyakit berat lain.
Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya
tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman
ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,
orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .
Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
Sains Mala ysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Mala ysia. Lembaga
perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan
pasien dari Mala ysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
Singapura, dan berbagai negara di dunia.
Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di
Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,"
jelas Patoppoi.
Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Mala ysia untuk mengobati
kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Mala ysiauntuk membeli
teh tersebut,"
ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
toko
obat di Mala ysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku
mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan
Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman
tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
Mala ysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.
Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa
tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
lanjut Patoppoi.
Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
tersebut
untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
tersebut.
"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut
tumbuh liar di
pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.
Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami
penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.
Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
pemeriksaan kankernya.. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada
isterinya. " Mala h mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.
Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter
pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
tanaman sebagai
pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
Dr.Teo
melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
di Jawa dan
mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.
Kemudian Dr . Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu
apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan
agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha
nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa
Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala,
penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan
salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,
bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar
300 orang
yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
Buduran Sidoarjo.
Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku
dijual
untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien
tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Mala ysia . Di kantor Pusat
Cancer Care Penang, Mala ysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut
mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia .
Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
serta pengalaman
isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan
mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan
perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,
Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer
Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care,
yaitu di
Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745,
dan di Buduran, Sidoarjo.
Cancer Care Mala ysiatelah mengembangkan bentuk
pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi
ekstrak Keladi Tikus
dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai
tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan
tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.
Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax
ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
obatnya, dengan harga langsung dari Mala ysia , sekitar 40-60 Ringgit
Mala ysia ," lanjut Boni.
"Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
keuntungan,
malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan
waktu pembayaran. " tambahnya.
Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah
satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien
pertama yang
mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus,
karena telah
ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah
menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan
rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.
Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini
menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu
proses penyembuhan kemoterapi.
Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi
dokter ini menolak untuk diekspos karena
menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia .
Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan
alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau
dokter-dukun.
"Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern,"
kata dokter tersebut.
Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat
kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
pasien tersebut mengkonsumsi pil
dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata
obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah
penderita dan
mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
"Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul
resistensi. Jadi jangan
seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.
Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.
Menurut data Cancer Care Mala ysia, berbagai penyakit yang telah
disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
payudara, paru-paru, usus besar-rectum,
liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,
leukemia, empedu, pankreas,
dan hepatitis.
Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran
Ringgit
Mala ysiaselama 5 tahun
dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.
Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan
dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial
"Cancer Care Indonesia " beralamat di
INFORMASI INI...
Penyakit Kanker Sudah Tidak Berbahaya Lagi
Kanker tidak lagi mematikan. Para penderita kanker di Indonesia dapat
memiliki harapan hidup yang lebih lama dengan ditemukannya tanaman
"KELADI TIKUS" (Typhonium Flagelliforme/ Rodent Tuber) sebagai tanaman
obat yang dapat menghentikan dan mengobati berbagai penyakit kanker dan
berbagai penyakit berat lain.
Tanaman sejenis talas dengan tinggi maksimal 25 sampai 30 cm ini hanya
tumbuh di semak yang tidak terkena sinar matahari langsung. "Tanaman
ini sangat banyak ditemukan di Pulau Jawa," kata Drs.Patoppoi Pasau,
orang pertama yang menemukan tanaman itu di Indonesia .
Tanaman obat ini telah diteliti sejak tahun 1995 oleh Prof Dr Chris
K.H.Teo,Dip Agric (M), BSc Agric (Hons)(M), MS, PhD dari Universiti
Sains Mala ysia dan juga pendiri Cancer Care Penang, Mala ysia. Lembaga
perawatan kanker yang didirikan tahun 1995 itu telah membantu ribuan
pasien dari Mala ysia , Amerika, Inggris , Australia , Selandia Baru,
Singapura, dan berbagai negara di dunia.
Di Indonesia, tanaman ini pertama ditemukan oleh Patoppoi di
Pekalongan, Jawa Tengah. Ketika itu, istri Patoppoi mengidap kanker
payudara stadium III dan harus dioperasi 14 Januari 1998. Setelah
kanker ganas tersebut diangkat melalui operasi, istri Patoppoi harus
menjalani kemoterapi (suntikan kimia untuk membunuh sel, Red) untuk
menghentikan penyebaran sel-sel kanker tersebut.
"Sebelum menjalani kemoterapi,dokter mengatakan agar kami
menyiapkan wig (rambut palsu) karena kemoterapi akan mengakibatkan
kerontokan rambut, selain kerusakan kulit dan hilangnya nafsu makan,"
jelas Patoppoi.
Selama mendampingi istrinya menjalani kemoterapi, Patoppoi terus
berusaha mencari pengobatan alternatif sampai akhirnya dia mendapatkan
informasi mengenai penggunaan teh Lin Qi di Mala ysia untuk mengobati
kanker. "Saat itu juga saya langsung terbang ke Mala ysiauntuk membeli
teh tersebut,"
ujar Patoppoi yang juga ahli biologi. Ketika sedang berada di sebuah
toko
obat di Mala ysia , secara tidak sengaja dia melihat dan membaca buku
mengenai pengobatan kanker yang berjudul Cancer, Yet They Live karangan
Dr Chris K.H. Teo terbitan 1996.
"Setelah saya baca sekilas, langsung saja saya beli buku tersebut.
Begitu menemukan buku itu, saya malah tidak jadi membeli teh Lin Qi,
tapi langsung pulang ke Indonesia ," kenang Patoppoi sambil tersenyum.
Di buku itulah Patoppoi membaca khasiat typhonium flagelliforme itu.
Berdasarkan pengetahuannya di bidang biologi, pensiunan pejabat
Departemen Pertanian ini langsung menyelidiki dan mencari tanaman
tersebut. Setelah menghubungi beberapa koleganya di berbagai tempat,
familinya di Pekalongan Jawa Tengah, balas menghubunginya. Ternyata,
mereka menemukan tanaman itu di sana . Setelah mendapatkan tanaman
tersebut dan mempelajarinya lagi, Patoppoi menghubungi Dr. Teo di
Mala ysia untuk menanyakan kebenaran tanaman yang ditemukannya itu.
Selang beberapa hari, Dr Teo menghubungi Patoppoi dan menjelaskan bahwa
tanaman tersebut memang benar Rodent Tuber. "Dr Teo mengatakan agar
tidak ragu lagi untuk menggunakannya sebagai obat,"
lanjut Patoppoi.
Akhirnya, dengan tekad bulat dan do'a untuk kesembuhan, Patoppoi mulai
memproses tanaman tersebut sesuai dengan langkah-langkah pada buku
tersebut
untuk diminum sebagai obat. Kemudian Patoppoi menghubungi putranya,
Boni Patoppoi di Buduran, Sidoarjo untuk ikut mencarikan tanaman
tersebut.
"Setelah melihat ciri-ciri tanaman tersebut, saya mulai mencari di
pinggir sungai depan rumah dan langsung saya dapatkan tanaman tersebut
tumbuh liar di
pinggir sungai," kata Boni yang mendampingi ayahnya saat itu.
Selama mengkonsumsi sari tanaman tersebut, isteri Patoppoi mengalami
penurunan efek samping kemoterapi yang dijalaninya. Rambutnya berhenti
rontok, kulitnya tidak rusak dan mual-mual hilang. "Bahkan nafsu makan
ibu saya pun kembali normal," lanjut Boni.
Setelah tiga bulan meminum obat tersebut, isteri Patoppoi menjalani
pemeriksaan kankernya.. "Hasil pemeriksaan negatif, dan itu sungguh
mengejutkan kami dan dokter-dokter di Jakarta ," kata Patoppoi. Para
dokter itu kemudian menanyakan kepada Patoppoi, apa yang diberikan pada
isterinya. " Mala h mereka ragu, apakah mereka telah salah memberikan
dosis kemoterapi kepada kami," lanjut Patoppoi.
Setelah diterangkan mengenai kisah tanaman Rodent Tuber, para dokter
pun mendukung Pengobatan tersebut dan menyarankan agar
mengembangkannya. Apalagi melihat keadaan isterinya yang tidak
mengalami efek samping kemoterapi yang sangat keras tersebut. Dan
pemeriksaan yang seharusnya tiga bulan sekali
diundur menjadi enam bulan sekali."Tetapi karena sesuatu hal, para
dokter tersebut tidak mau mendukung secara terang-terangan penggunaan
tanaman sebagai
pengobatan alternatif," sambung Boni sambil tertawa.
Setelah beberapa lama tidak berhubungan, berdasarkan peningkatan
keadaan isterinya, pada bulan April 1998, Patoppoi kemudian menghubungi
Dr.Teo
melalui fax untukmenginformasik an bahwa tanaman tersebut banyak terdapat
di Jawa dan
mengajak Dr. Teo untuk menyebarkan penggunaan tanaman ini di Indonesia.
Kemudian Dr . Teo langsung membalas fax kami, tetapi mereka tidak tahu
apa yang harus mereka perbuat, karena jarak yang jauh," sambung Patoppoi.
Meskipun Patoppoi mengusulkan agar buku mereka diterjemahkan dalam
bahasa Indonesiadan disebar-luaskan di Indonesia, Dr. Teo menganjurkan
agar kedua belah pihak bekerja sama dan berkonsentrasi dalam usaha
nyata membantu penderita kanker di Indonesia.
Kemudian, pada akhir Januari 2000 saat Jawa Pos mengulas habis mengenai
meninggalnya Wing Wiryanto, salah satu wartawan handal Jawa
Pos,Patoppoi sempat tercengang. Data-data rinci mengenai gejala,
penderitaan, pengobatan yang diulas di Jawa Pos, ternyata sama dengan
salah satu pengalaman pengobatan penderita kanker usus yang dijelaskan
di buku tersebut. Dan eksperimen pengobatan
tersebut berhasil menyembuhkan pasien tersebut.
"Lalu saya langsung menulis di kolom Pembaca Menulis di Jawa Pos,"
ujar Boni.
Dan tanggapan yang diterimanya benar-benar diluar dugaan. Dalam sehari,
bisa sekitar 30 telepon yang masuk. "Sampai saat ini, sudah ada sekitar
300 orang
yang datang ke sini," lanjut Boni yang beralamat di Jl. KH. Khamdani,
Buduran Sidoarjo.
Pasien pertama yang berhasil adalah penderita Kanker Mulut Rahim
stadium dini. Setelah diperiksa, dokter mengatakan harus dioperasi.
Tetapi karena belum memiliki biaya dan sambil menunggu rumahnya laku
dijual
untuk biaya operasi, mereka datang setelah membaca Jawa Pos.
Setelah diberi tanaman dan cara meminumnya, tidak lama kemudian pasien
tersebut datang lagi dan melaporkan bahwa dia tidak perlu dioperasi,
karena hasil pemeriksaan mengatakan negatif.
Berdasarkan animo masyarakat sekitar yang sangat tinggi, Patoppoi
berusaha untuk menemui Dr. Teo secara langsung. Atas bantuan Direktur
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan, Sampurno,
Patoppoi dapat menemui Dr. Teo di Penang , Mala ysia . Di kantor Pusat
Cancer Care Penang, Mala ysia , Patoppoi mendapat penerangan lebih lanjut
mengenai riset tanaman yang saat ditemukan memiliki nama Indonesia .
Ternyata saat Patoppoi mendapat buku "Cancer, Yet They Live" edisi
revisi tahun 1999, fax yang dikirimnya di masukkan dalam buku tersebut,
serta pengalaman
isterinya dalam usahanya berperang melawan kanker. Dari pembicaraan
mereka, Dr. Teo merekomendasi agar Patoppoi mendirikan
perwakilan Cancer Care di Jakarta dan Surabaya . Maka secara resmi,
Patoppoi dan putranya diangkat sebagai perwakilan lembaga sosial Cancer
Care Indonesia , yang juga disebutkan dalam buletin bulanan Cancer Care,
yaitu di
Jl. Kayu Putih 4 No. 5, Jakarta , telp. 021-4894745,
dan di Buduran, Sidoarjo.
Cancer Care Mala ysiatelah mengembangkan bentuk
pengobatan tersebut secara lebih canggih. Mereka telah memproduksi
ekstrak Keladi Tikus
dalam bentuk pil dan teh bubuk yang dikombinasikan dengan berbagai
tananaman lainnya dengan dosis tertentu. "Dosis yang diperlukan
tergantung penyakit yang diderita," kata Boni.
Untuk mendapatkan obat tersebut, penderita harus mengisi formulir yang
menanyakan keadaan dan gejala penderita dan akan dikirimkan melalui fax
ke Dr. Teo. "Formulir tersebut dapat diisi disini, dan akan kami fax-kan.
Kemudian Dr. Teo sendiri yang akan mengirimkan resep sekaligus
obatnya, dengan harga langsung dari Mala ysia , sekitar 40-60 Ringgit
Mala ysia ," lanjut Boni.
"Jadi pasien hanya membayar biaya fax dan obat, kami tidak menarik
keuntungan,
malahan untuk yang kurang mampu, Dr.Teo bisa memberikan perpanjangan
waktu pembayaran. " tambahnya.
Sebenarnya pengobatan ini juga didukung dan sedang dicoba oleh salah
satu dokter senior di Surabaya, pada pasiennya yang mengidap kanker
ginjal. Adadua pasien yang sedang dirawat dokter yang pernah menjabat
sebagai direktur salah satu rumah sakit terbesar di Surabayaini. Pasien
pertama yang
mengidap kanker rahim tidak sempat diberi pengobatan dengan keladi tikus,
karena telah
ditangani oleh rekan-rekan dokter yang telah memiliki reputasi. Setelah
menjalani kemoterapi dan radiologi, pasien tersebut mengalami kerontokan
rambut, kulit rusak dan gatal, dan selalu muntah.
Tetapi pada pasien kedua yang mengidap kanker ginjal, dokter ini
menanganinya sendiri dan juga memberikan pil keladi tikus untuk membantu
proses penyembuhan kemoterapi.
Pada pasien kedua ini, tidak ditemui berbagai efek yang dialami
penderita pertama, bahkan pasien tersebut kelihatan normal. Tetapi
dokter ini menolak untuk diekspos karena
menurutnya, pengobatan ini belum resmi diteliti di Indonesia .
Menurutnya, jika rekan-rekannya mengetahui bahwa dia memakai pengobatan
alternatif, mereka akan memberikan predikat sebagai "ter-kun" atau
dokter-dukun.
"Disinilah gap yang terbuka antara pengobatan konvensional dan modern,"
kata dokter tersebut.
Banyak hal menarik yang dialami Boni selama menerima dan memberikan
bantuan kepada berbagai pasien. Bahkan ada pecandu berat putaw dan
sabu-sabu di Surabaya , yang pada akhirnya pecandu tersebut mendapat
kanker paru-paru. Setelah mendapat vonis kanker paru-paru stadium III,
pasien tersebut mengkonsumsi pil
dan teh dari Cancer Care. Hasilnya cukup mengejutkan, karena ternyata
obat tersebut dapat mengeluarkan racun narkoba dari peredaran darah
penderita dan
mengatasi ketergantungan pada narkoba tersebut.
"Tapi, jika pecandu sudah bisa menetralisir racun dengan keladi tikus,
dia tidak boleh memakai narkoba lagi, karena pasti akan timbul
resistensi. Jadi jangan
seperti kebo, habis mandi berkubang lagi," sambung Boni sambil tertawa.
Juga ada pengalaman pasien yang meraung-raung kesakitan akibat serangan
kanker yang menggerogotinya, karena obat penawar rasa sakit sudah tidak
mempan lagi. Setelah diberi minum sari keladi tikus, beberapa saat
kemudian pasien tersebut tenang dan tidak lagi merasa kesakitan.
Menurut data Cancer Care Mala ysia, berbagai penyakit yang telah
disembuhkan adalah berbagai kanker dan penyakit berat seperti kanker
payudara, paru-paru, usus besar-rectum,
liver, prostat, ginjal, leher rahim, tenggorokan, tulang, otak, limpa,
leukemia, empedu, pankreas,
dan hepatitis.
Jadi diharapkan agar hasil penelitian yang menghabiskan milyaran
Ringgit
Mala ysiaselama 5 tahun
dapat benar-benar berguna bagi dunia kesehatan.
Bagi teman-teman yang memerlukan informasi lebih lanjut sehubungan
dengan artikel "Obat Kanker" bisa menghubungi perwakilan lembaga sosial
"Cancer Care Indonesia " beralamat di
Jl. Kayu Putih 4 no.5 Jakarta ,
telp : 021-4894745,
saya gak tau ini hoax apa bukan yah
Langganan:
Postingan (Atom)